Sabtu, 24 Mei 2014

Aku Hanyalah Aku



Atas dasar apa jantung ini berdegup begitu cepat hingga terasa melonjak?
Atas dasar apa bibir ini tertutup rapat yang berakhir hanya dengan sebuah simpul senyuman?
Atas dasar apa mata ini menatap diam-diam setiap detil pada objek yang sama?
Atas dasar apa aku bernyanyi untuk semua lagu cinta?
Atas dasar apa aku bersahabat dengan waktu hanya untuk menunggumu?
Atas dasar apa aku berani bersumpah akan melakukan apapun untukmu?
Atas dasar apa aku berani bersumpah akan melakukan apapun demi melihat senyum itu?

Dan atas dasar apa aku memiliki perasaan ini? Perasaan yang bukan untuk disalahkan, namun disadari berakhir menyakitkan?

Aku lupa, kapan awal saat perut ini mulai menggelinjang ketika senyum dari bibir itu muncul. Pikiranku bukan lagi yang dulu, bukan lagi yang bisa aku kuasai, aku kalap, aku...seperti bukan aku saat kau ada disana, tersenyum. Aku lupa kapan itu. Tapi yang aku ingat awalnya hanya desiran lemah saat itu, aku tidak mengerti dan hanya mengabaikannya. Tapi yang aku tahu, itu bukanlah hal yang harus diteruskan, ceroboh untuk jatuh sebelum menyebrangi jembatan. Ya, sangat ceroboh untuk melepaskan perasaan yang jelas-jelas kita tahu akan menikam jika diteruskan.

Tapi, makin lama aku justru membiarkan diriku sendiri untuk larut di dalamnya. Aku membiarkan diriku sendiri untuk berjalan kepada kejatuhanku. Mengapa? Karna sudah aku jelaskan bukan dari awal? Membiarkan hatiku untuk jatuh padamu adalah konyol. Aku terlalu takut untuk menuju kesana, aku ingin bersikap realistis, aku benci bersikap diam-diam pengecut seperti ini. Demi apapun, aku benci pada diriku sekarang.

Aku ingin terlihat, aku ingin kau pandang, aku ingin(setidaknya)kau balas. Aku ingin menjadi jawaban dari pertanyaan 'Mengapa senyummu begitu indah?' Aku ingin menjadi jawaban dari setiap pertanyaanmu untuk bahagia. Aku ingin menjadi sedihmu, aku ingin menjadi senangmu. Aku ingin menjadi semangat di dalamnya. Oh bagaimana mungkin aku menuntut itu semua kalau kau mengetahui rasa ini saja tidak? :)

Aku hanyalah kecil yang merindu dan menunggu di setiap pagi hingga malammu. Aku hanyalah jemu di setiap bait sajak cinta di setiap lembar buku. Aku hanyalah teman waktu yang hanya diam seharian menunggumu pun aku mau. Aku hanyalah aku, yang sangat mencintaimu dalam diamku.

Kau pikir aku mungkin aktris terhebat dalam sandiwara yang tanpa kau sadari kau ikut bermain sebagai pemeran utama di dalamnya. Kau mungkin tidak melihatnya. Tidak melihat bagaimana keras hingga mati-matian aku menutupinya dalam skenario panjang yang kubuat sendiri. Bagaimana aku menutup sedihku saat melihatmu tersenyum kepada yang bukan aku. Melihat beratnya mengangkat tangan untuk menghapus tetes air mata. Melihat bagaimana dengan bahagianya aku menerima senyummu, mendengar suaramu dalam mengajakku berbicara.

Tetap hibur aku dalam hariku dengan segalanya tentangmu. Tetaplah tersenyum seperti ini, meskipun aku tahu bukan akulah alasan senyum itu terbentuk. Tetaplah seperti ini, karna aku sangat takut akan tahunya engkau bagaimana perasaanku ini. Takut akan pergimu, menjauhmu setelah segalanya kau ketahui. Biarkan aku terjatuh sendiri suatu hari nanti, biarkan aku terseok sendiri menghadapi hari nanti, aku sudah siap segalanya, atau mungkin...aku benar-benar menikmati semua ini :)

Sekali lagi, tetaplah didekatku hanya untuk memastikan aku dapat baik-baik saja, karna tanpamu aku hanyalah aku yang kembali tanpa bahagia.....

Terimakasih,

Pembayun N.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar