Sabtu, 03 Agustus 2013

Kamar, 4 Agustus.

Jemu, jenuh
Secarik kertas ternoda oleh ratusan abjad di atasnya
Tergores oleh tinta hitam, meresap, abadi di sana..
Menjadi bukti bisu perasaan gadis lugu yang menatap sendu.
Beri satu saja contoh kata tuk menggambarkan perasaannya.

Kecewa.
Gadis itu melemah saat menggores kata terakhir.
Andai saja... Ah sialan untuk kata pengandaian!
Terlalu banyak harapan dalam kata pengandaian.
Lalu bagaimana dengan kabarnya sekarang?
Akankah sesuatu yang fana dapat menjadi nyata untuknya?

Tuhan?
Apakah kau melihat saat aku mengangkat kedua tanganku, sembari memujamu?
Akankah batu terkikis oleh beningnya embun?
Akankah pohon dapat tumbang oleh sepoian lembut angin?
Akankah semua dapat menjadi mudah untukku?

Kenapa kita tidak ditakdirkan untuk tetap saling bergandengan tangan?
Kenapa takdir menghempaskan semua?
Kumohon Tuhan, jangan bercanda untuk ini...
Aku ingin perasaanku terbaca olehnya...

Kenapa harus aku dihibur oleh kata bisu darinya?
Kenapa bukan ucapan yang tulus darinya?
Kenapa harus ada harapan untuk setiap kenyataan yang semu?
Kenapa semua pertanyaan tidak harus memiliki alasan?

Mengapa?
Alam dapat berdialog satu sama lain
Aku pun juga ingin, selalu mendengar suara dari mahluk itu
Mahluk indahmu Tuhan...

Permudahkanlah rasaku untuknya, begitupun sebaliknya.
Rekatkan kami lewat jalan-Mu
Seandainya semudah itu...
Seandainya semudah itu mendapatkan cintanya...
Seandainya semudah itu kami dapat bersama...


Thanks,

Little Phoe