Sabtu, 03 Maret 2012

Dia best-man ku (2)

Aku benar- benar lupa!Pito!Aku lupa memberitahunya kalau aku pulang dengan Tama!Ah pasti dia marah,sampai sekarang telpon dan SMS ku tidak dijawabnya.Dan benar ternyata selama beberapa hari Pito mendiamkanku.Tapi memang harus aku akui setelah kejadian"pulang bareng" kemarin,aku semakin dekat dengan Tama.Dia yang sekarang menemaniku sejak Pito menjauhiku.Menurut orang lain,Tama seperti pengganti Pito.Tapi tidak bagiku!Tidak ada yang seperti Pito.

Tama memang baik,supel,humoris,tampan tentunya.Dia sangat perhatian,terlalu perhatian menurutku.Beberapa kali kulihat dia menatapku dengan dalam,entah apa yang dipikirkannya.Dekat dengan Tama adalah mimpiku selama ini,tapi kenapa yang kurasakan justru perasaan kehilangan yang teramat besar?Aku benci perasaan ini...

Beberapa hari tanpa Pito seperti tusukan di dadaku.Aku kehilangan best-manku itu.Dan klimaks dari semua ini,PITO sedang DEKAT DENGAN AMEL!Astaga,Amel si supermodel pujaan cowok-cowok SMA deket sama Pito Dikita Arga!Hey Pito itu best-man ku!Ingin rasanya aku mencakar tangan Amel yang bergelayutan di lengan Pito.Yah harus kuakui aku tentu tidak ada bandingannya dengan Amel.Yang menarik dariku hanya mata coklatku ini.Tapi Tuhan ini sangat menyakitkan...

Semakin hari kulihat Pito den Amel semakin lengket saja.Aku menoleh ke arah Tama meminta penilaiannya tentang kedekatan Pito dan Amel,tapi tidak sengaja aku menangkap basah Tama sedang memperhatikanku lekat-lekat.Dia tergagap sementara,lalu tersenyum cepat ketika seseorang datang ke arah kami.Amel!Dia mengundang kami(aku dan Tama)untuk datang ke pesta ultahnya.

"Kalian kan pasangan heboh di sekolah,jadi dateng ya besok malam,biar rame oke?"

Harusnya aku merasa tersanjung diundang ke pesta ultah yang pastinya (hanya untuk) anak2 populer.Tapi aku sibuk mengamati Pito yang duduk membelakangi kami,dia menunggu Amel.Aku hanya mendengar samar-samar percakapan Tama dan Amel,dan hanya mengangguk-angguk saja,aku sibuk dengan objek di depanku.Pito.

Amel pergi,dibuntuti oleh Pito di belakangnya.Aku kembali menatap Tama.Tapi tatapan Tama berbeda,sorot matanya tajam.Dia menarikku meninggalkan kantin.Sekilas aku melihat Pito menatap kami tak kalah tajam dari Tama.Tama membawaku tepat di belakang halaman sekolah.Aku diam bingung.

"Udah lama aku mau ngomong ini ke kamu,aku takut aku terlambat ngungkapin ini.Tolong denger baik-baik."

Tama masih memegang tanganku erat,dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan.Sangat lama hingga akhirnya...

"Aku menyukaimu...Kamu mau kan jadi pacarku?".Pinta Tama tegas.

Aku limbung,aku menatap Tama,bibirku terkunci rapat.Hatiku bergolak membayangkan saat kami berdua menjadi sepasang kekasih,bukan hanya para gadis di sekolah,para pria pun pasti juga akan menatap kami iri.Menatap sepasang kekasih yang sedang bahagia,semuanya, kecuali satu orang.Pito.

Aku menggeleng refleks."Maaf aku ga bisa Tam."

Aku kaget karena kalimat itu yang meluncur di bibirku.Tapi memang ini yang aku rasakan,aku tidak menyukai Tama,tapi Pito...Itu yang baru aku sadari.Ada jeda yang sangat panjang setelah aku menolak perasaan Tama.

"Oh,pasti Pito kan?Kamu suka Pito kan?Aku lihat dari sorot matamu waktu natap dia.".Tama tersenyum kecut.

Aku mengangguk lemah."Maaf Tam,awalnya aku pikir aku suka sama kamu,tapi aku ga sadar ada orang lain yang bisa bikin aku gila,waktu kehilangan dia.Aku nyesel nyampakin Pito gitu aja.".Ada sebutir air mata jatuh di pipiku.

"Yaudah ga apa-apa kok.Kamu deketin Pito gih sana!Keburu direbut Amel,aku liat Pito juga punya perasaan lain ke kamu.".Tama mencoba tersenyum ke arahku.Dia menepuk bahuku,lalu pergi meninggalkanku dengan langkah yang berat.Aku tidak mengerti maksut perkataannya.

Sementara aku sendirian,terdiam,menyesali kebodohanku.Aku menangis sekuatnya,melepaskan perasaan sakit yang pilu ini.Semua kenangan-kenangan kami berdua,aku dan Pito muncul bergantian tanpa henti.Pito yang selalu tertawa ketika aku bertindak ceroboh,Pito yang selalu manis kepadaku ketika semua orang mencercaku,Pito yang rela menjual gitar kesayangannya demi membelikanku sepasang sepatu kets abu-abu limited edition.Semua tentang Pito.Aku merasa nista,aku terduduk lemas,dengan air mata yang terus meleleh di pipi.

Seseorang mendekat,terduduk di hadapanku.Aku mengangkat wajahku yang basah,untuk melihat.Pito!Pito duduk tepat di depanku!Aku menatapnya lekat-lekat ribuan kata maaf terasa mebuncah untuk dilontarkan kepadanya.Aku akan mulai mengucapkan sepotong kata ketika tiba-tiba tangan Pito menyapu air mataku.Dia mengusap rambutku,merengkuhku ke dalam pelukannya,dan...mengecup keningku.

"Aku udah denger semuanya,makasih udah ngucapin kalimat itu,makasih."Senyum Pito mengembang bahagia.

"Makasih?Buat apa?".Meskipun yang keluar suara serakku,aku bersyukur masih sanggup berbicara.

"Kamu tadi ngomong suka kan sama aku?Di depan Tama lagi.".Pito menatapku lugu.Astaga baru aku sadari dia jauh lebih tampan dari segalanya.

"Masa sih?Aku lupa tuh?".Sifat jailku muncul.

Pito diam,manyun.Wajahnya tiba-tiba berubah seperti anak umur 5 tahun yang sedang merengek meminta perhatian.Kami berdua saling menatap,kemudia tertawa keras bersama-sama.Sudah lama aku merindukan saat2 seperti ini.Kami terdiam sangat lama,saling menatap...

"I love you...So hard.".Ucap Pito lirih.

Aku kembali menangis,tapi yang ini berbeda,aku menangis haru di depan pangeranku.Pangeran impianku.Dia Pito.Dia best-man ku...

Penuh kasih :)

P. Ningtyas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar