Minggu, 04 Maret 2012

Senja Jingga.



Handphoneku berbunyi,dengan penuh harap kubuka isi SMS yang masuk.Sial!Bukan kau ternyata.Dengan enggan kujawab pesan itu,adikkuku Axcel menyuruhku keluar penginapan dia bilang ada seseorang yang ingin bicara denganku.Tapi aku sedikit malas untuk keluar.
Saat ini kami sekelas sedang berlibur di salah satu pantai terindah di Jogja.Aku membawa adiku yang baru kelas 7 SMP,Axcel cukup mengenal teman-temanku,terutama dirimu,aku tahu Axcel sangat dekat dengan dirimu.Penginapan kami terbagi menjadi dua.Pria dan perempuan.Letaknya cukup berdekatan jadi aku tidak perlu berjalan jauh menemui Axel.Sebagian besar teman-temanku sedang berkumpul,mereka memanggilku untuk mendekat bersama mereka.Aku mencari sosokmu,benar dugaanku kau tidak ada di sana.Tambah malas rasanya malam ini.Aku segera mencari Axcel.Diantara remang-remang lampu penginapan pria,aku melihat Axcel berdiri ,di belakangnya berdiri seorang pria yang tidak dapat kulihat dengan jelas.Yang membuatku terkejut,kulihat Axcel merokok.Astaga!Merokok?!
“Axcel!”
Aku berdiri di depannya aku melihat dia gelagapan menyembunyikan rokoknya.Astaga senakal apapun adikku itu aku berani yakin dia tidak merokok,dia masih kelas 7 SMP!Orangtua kami pun selalu mengawasinya dengan baik,sungguh kecewa aku melihat kelakuannya ini.
Seseorang muncul di belakang Axcel,orang yang tadi kulihat sama-samar dari kejauhan kini dapat kulihat dengan jelas detil wajahnya.Bibirku bergetar menahan marah.Pria itu ternyata dirimu,aku melihatmu berdiri dengan segenggam bungkus rokok di tanganmu.Aku sangat kecewa melihat 2 pria di depanku ini.Adikku dan dirimu,orang yang kucintai.Tak habis pikir aku berlari,menahan kekecewaan.Aku berleri masuk ke penginapan.Seseorang mengejarku,dia menahan tanganku.Aku berbalik dan ternyata itu dirimu.
“Kamu salah paham,dengerin dulu penjelasanku!”Dengan terengah-engah wajahmu memohon kepadaku
Aku terlalu marah,dengan kasar kulepaskan tanganmu dari tanganku.Semalaman aku berdiam diri di kamar.Mungkin terkesan berlebihan,tapi melihatmu dan Axcel tadi membuat dadaku terasa sesak.Penilaianku tentangmu mungkin salah.Aku terlalu mengagung-agungkanmu,menganggapmu terlalu suci jadi aku tidak siap meihat kejadian tadi.Apalagi melihat Axcel adikku,siapa yang mengajarkannya merokok seperti itu?Adikku itu sangat lugu,apa kau yang mengajarinya?Kalau itu benar,aku tidak akan memaafkanmu.
Esoknya dari jauh Axcel mendekatiku.Dengan setengah memaksa dia minta aku mendengar penjelasannya.Dia menceritakan semuanya.Termasuk dimana kau merebut bungkus rokok milik Axcel dan melarangnya untuk merokok.Axcel bilang malam itu ada yang ingin kau katakan padaku.Tapi saat itu aku datang diwaktu tidak tepat.Yang kulihat kau membawa bungkus rokok,dan yang di pikiranku saat itu kau lah yang mengajari Axcel untuk merokok.Aku tertegun mendengar penjelasan Axcel.Dengan nafas memburu aku berlari mencarimu.Dimana-mana tak kulihat batang hidungmu.Secercah harapan muncul saat aku melihat kau berdiri diam di dekat pantai.
Aku berlari ke arahmu,menghiraukan kasarnya pasir yang menggores perih di kulit.Semakin dekat,jantungku berdegup sangat kencang.
“Aku minta maaf,aku salah,aku perpikir buruk tentangmu,aku sangat minta maaf.”Semua kalimat itu meluncur cepat begitu saja.Kau melihatku heran,perasaan yang menggebu-gebu membuat bicaraku tidak beraturan.
“Maaf,aku minta maaf.Axcel udah cerita semuanya,”Jantungku berhenti berdegup menunggu reaksimu.Kulihat bibirmu tertarik ke atas menyunggingkan senyum favoritku itu.Tiba-tiba
Brug!
Kau menarikku ke dalam pelukanmu.Kakiku terayun lemas.Sedetik aku berani bersumpah aku bisa pingsan!Pelukannya hangat,membuat lidahku membeku,di dalam peukan nyamannya.
“Jangan lakukan ini lagi,jangan menjauhiku,aku bisa gila rasanya.”
Desiran kalimat itu terucap dari mulutmu.Jangan menjahuimu? Apa maksud kalimat itu?Kau melepaskan pelukanmu.Hening diantara kita.
“Semalam,kamu mau ngomong apa?”Tanyaku dengan wajah memerah
Sunyi beberapa menit.Aku masih menunggu jawabanmu.Hingga satu kalimat meluncur dari bibirmu.
“Aku menyukaimu.Ini yang ingin kukatakan malam itu”
Aku terpana.Semburat merah di pipiku memantulkan cahaya matahari yang saat ini dengan malu mulai tenggelam dari tempatnya.Sunset.Kami berdua duduk dengan wajah bahagia,memandang cahaya jingga.Mengkhayal hari esok kami lalui berdua,bersama.

Penuh Kasih J
Pembayun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar