Sabtu, 06 Juli 2013

Sunday, July 7

Aku Ryan, remaja dengan rambut ikal dan bermata sipit, mempunyai mimpi menjadi seorang sejarahwan dunia, yang sementara ini bekerja magang di sebuah kantor koran lokal, dan sampai saat ini masih mengagumi seorang gadis bernama Lea.

Untuk gadis bernama Lea. Aku hanya sanggup menceritakan hal-hal sederhana kepada orang lain tentang dirinya. Selebihnya? Biarlah hati ini yang menyimpannya dengan baik. Bukan apa-apa, aku bisa saja berkoar-koar kepada dunia betapa aku sangat mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini, tapi hanya saja aku terlalu takut ada orang lain di luar sana yang juga mengaguminya seperti aku, atau bahkan lebih. Egois, tapi inilah aku.


2 tahun berlalu, dan kisah ini menjadi berbeda...


Daun beringin jatuh tepat di mata kananku. Ah sial! Mengganggu saja. Aku kembali fokus kepada objek di depanku. Bangku putih itu menjadi tempatnya bersandar. Rambutnya dia biarkan tergerai begitu saja. Matanya sayu, kulihat sesekali tangannya terangkat untuk membasuh air mata di pipinya. Ya, bidadariku menangis di sana... Dan aku hanya diam terpaku di tempatku hanya bisa menatapnya seperti ini.

Lea memang sering menangis akhir-akhir ini, di tempat ini, di bangku putih ini, di bawah guguran daun beringin. Tanpa menyadari ada sepasang mata yang menatapnya pilu. Aku tidak tau apa penyebab kesedihan Lea selama ini. Yang kutau, sejak dia mengenal pria itu semuanya menjadi terasa berbeda...

Ada hempasan keras ketika aku mengetahui Lea memilih pria itu untuk menjadi kekasihnya. Ya tuhan, aku bahkan belum membuat langkah maju selama ini, kenapa pria itu sudah memilikinya? Aku mencoba mengerti, lebih tepatnya mencoba menghibur diri. Aku tau Lea perempuan yang sangat indah, dan pasti pria yang dipilihnya sekarang adalah pria yang memang baik. Tapi ada yang tak kumengerti, mengapa sekarang dia tidak terlihat bahagia? Definisi bahagia memang berbeda-beda untuk setiap orang. Tapi sebodohnya diriku, aku merasa dia tidak bahagia. Mengapa? Karna aku sering mengamati dia duduk di bangku putih itu dengan kedua mata yang basah.

Apa aku yang terlalu naif hingga tidak dapat memahaminya? Pertanyaan dan kekuatiranku akhirnya menimbulkan keberanian untuk keluar dari tempat persembunyianku selama ini. Aku akan selalu ingat hari ini, hari dimana aku benar-benar bicara berdua bersamanya. Perlahan-lahan aku mendekati Lea ku. Ya Tuhan kakiku lemas melihat bidadariku lemah seperti ini... Lea menyadari kehadiranku, dia terkaget, segera ia menyeka air matanya. Mungkin dia berpikir bagaimana aku bisa ada di sini. Haha andai dia tau apa yang kukerjakan selama ini untuk mengawasinya.

"Hay." Sapaku, aku berdeham. Agak kaku di sini.
"Hay Ryan." Lea tersenyum, dia mempersilahkanku duduk di sampingnya.
Angin sedang bersahabat di sini. Kami terdiam beberapa saat.

"Bagaimana kabarmu?" Aku membuka obrolan.
"Baik, kamu?"
Aku terdiam, apa perlu dia berpura-pura baik seperti ini?
"Aku melihatnya tadi, lebih tepatnya sering, kamu menangis di bangku ini, entah apa penyebabnya. Apa karna lelaki itu?" Aku langsung saja pada pokok pembicaraan.

"Apa maksutmu?" Tanya Lea berpura-pura tidak mengerti.
"Apa lelaki itu sering melukaimu?"
"Hmm.. Engga Ryan, setauku dia sangat mencintaiku kok."
"Apa kalau mencintai bearti harus sering membuatmu tersakiti?" Tanyaku polos.

Lea tersenyum, astaga senyum itu membuatku tidak yakin kalau saat ini aku sedang menginjak bumi.

"Terkadang, untuk merasa senang dan bahagia, kita harus berkenalan dengan rasa sakit. Kita harus memahami apa rasa sakit itu, baru kita benar benar secara utuh dapat merasa senang......"

Aku terdiam dengan jawaban Lea mencoba mencerna kembali jawabannya. Kami membisu bersama di sini, dalam pikiran masing-masing.


"Kau bilang lelaki itu sangat mencintaimu, lalu kenapa kau seperti ini? Kenapa kau sering menangis, seberapa sering dia menyakitimu." Tanyaku kepadanya.
"Aku bahagia dengannya Ryan..."
"Lalu kenapa kau sering menangis?
"Karna aku mencintainya!" Jawab Lea mantap.

Aku kembali terdiam, sesak rasanya di bagian dada. Ya Tuhan ada hal lain yang belum kumengerti kenapa gadis yang kucintai merasa bahagia bersama lelaki itu disampingnya. Yang aku tau sesuai penjelasannya bahwa dia mencintai pria itu. Sangat mencintainya.
Aku menatap gadis di sampingku ini, bagaimanapun banyaknya air mata yang keluar dari kedua matanya, bagaimanapun waktu cepat berganti, dia tetap Lea yang kukenal, Lea yang kuat dan indah. Aku juga tak tau sampai kapan aku mengaguminya seperti ini. Tapi suatu saat aku percaya, akan ada Ryan yang selalu membuat Lea-nya tersenyum.....


Thanks,

Little Phoe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar