Senin, 23 Juni 2014

Some...

Cinta, dua yang saling mengajari. Bukan yang satu terus bersabar, dan yang satu lagi tak sadar-sadar. - Karisma P.

Sementara waktu telat menyeretku jauh dari ragamu, aku masih saja benci menjadi aku yang berharap kembali ke detik-detik itu, di pelukmu. - Zarry Hendrik

Mungkin kiranya kau paham, apa yang kulakukan sampai saat ini tidaklah lain untuk membuatmu mengerti apa itu cinta, tanpa harus kujelaskan. - Karisma P.

Cinta, lebih banyak menghasilkan pertanyaan daripada jawaban.- Bata Efendi

Karena semakin kuat kau berusaha membuang kepedihan itu, semakin cepat dia berlari ke arahmu, untuk kembali menghantam, dengan benturan yang dua kali lipat lebih keras rasanya. - Muhadkly Acho

Jika ia memperlakukanmu dengan buruk dan kau tetap tak bisa lepas darinya, kau hanya mencanduinya, bukan mencintainya. - Zarry Hendrik

Bisakah kau bayangkan rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja? Kamu tak bisa. Tentu saja. Kamu bukan perasa. - Dwitasari

Minggu, 22 Juni 2014

KLA Project - Semoga

Merenungkanmu kini, menggugah haruku
Berbagai kenangan berganti, masa yang t'lah lalu
Sebenarnya ku ingin menggali hasrat untuk kembali...

Melukiskanmu lagi, di dalam benakku
Perlahan terbayang pasti garis wajahmu
Kehangatan cinta kasih dapat kubaca jelas di situ...

Adakah waktu mendewasakan kita
Kuharap masih ada hati bicara
Mungkinkah saja terurai satu persatu
Pertikaian yang dulu, bagai pintaku...

Semoga...

Lihatlah ku di sini, memendam rindu
Setiap ku berseru, yang kusebut hanya namamu...

Adakah waktu mendewasakan kita
Kuharap masih ada hati bicara
Mungkinkah saja terurai satu persatu
Pertikaian yang dulu, bagai pintaku...

Sebenarnya kuingin menggali hasrat kembali
Kuharap agar kau mengerti...

Semoga...

Reunited



Semalam aku melihatmu di sana, meski dalam bentuk mimpi, senyummu masih membekas hingga sekarang. Entah ini pertanda, entah ini kebetulan, atau ini rindu, entah.

Sudah berapa lama kiranya kita tidak bertemu? Pikirmu mungkin bertahun-tahun, tapi kau tidak tahu lepas berapa bulan lalu, aku masih mengamatimu dalam diamku. Aku mengunjungi kotamu, kota yang selalu membuatku nyaman berada di sana.

Pagi itu aku duduk di sudut cafe yang memang terkenal dengan sajian minuman kopinya, aku memang butuh  kafein saat itu. Sembari menunggu panggilan pesanan, aku bersama seorang teman. Tak perlu kusebutkan kau pun pasti mengenalnya, dia teman mainmu. Temanku, dia ijin untuk pergi ke toilet. Membiarkanku sendirian, dan saat itu pun aku melihatmu.

Kamu dengan 2 temanmu, masuk ke dalam cafe yang untungnya ramai sehingga kehadiranku tak terlihat olehmu. Sejenak waktu menghentakku ke masa lalu, waktu dimana semua masih atas dasar 'kita'. Tak perlu kujelaskan tentang waktu yang lalu, yang jelas saat aku melihatmu untuk pertama kali setelah sekian lama mengetahui kabarmu pun tidak, rasa aneh pun muncul.

Entah, aku sangat tenang saat itu. Menghindar? Tidak sama sekali. Mata ini menatapmu lekat, hanya untuk melihat bagaimana kamu kini yang sudah tidak denganku. Ah, senyum itu masih sama. Simpul, namun tulus. Segalanya masih sama, hanya saja caraku memandangmu bukan lagi penuh puja seperti dulu.

Apa aku akan dengan sengaja memperlihatkan diriku kepadamu? Ah tentu saja tidak.
Melihatmu kini bukan lagi debar yang kurasa, namun tenang.
Melihatmu, mengamatimu bukan bearti aku tertarik dengan masa lalu, aku hanya mengamati masa laluku.
Mengamati, dan memastikan bahwa masa laluku hidup tenang dan bahagia.

Cukup namamu dan senyum itu menjadi saksi bisu dalam memoriku yang paling dalam. Menunjukkan bahwa hati ini dulu pernah berdebar hanya karna senyum simpul itu. Biarlah segalanya mengendap di dalam rasaku, menjadi kenangan yang kuatur sendiri dalam ribuan daftar isi, dibagi dengan bab membahagiakan dan menyakitkan.

Mungkin mimpi semalam sebagai pertanda untuk membiarkanku kembali membuka memoriku tentangmu. Namun, tak lagi perasaan berbunga yang ada ketika mengingatmu. Aku kini bebas, biarlah senyum simpulku membalas kenangan indah yang segalanya berasal dari senyum simpul indahmu.


Terimakasih,

P. Ningtyas

Jumat, 20 Juni 2014

This is My Goodbye.

I think somewhere along the way, I gave up.
I got tired of always trying to make everything between us okay, because I still wanted you in my life.
Then, I realized that you didn't even care.
Maybe I realized it too late, but it still hurts.
Maybe I was hoping we'd find a way to change and turn it back to what it used to be.

I have to draw the line because there comes a point where I just had enough and i'd love to give up, but I never did because I had hope that it would change :).
Now, I think I have to make that decision because it's not fair to the both of us-especially me. It pains me to say this, maybe because I still care, but I have to tell you goodbye. I know what my problem is now. I can't let people go. I put so much effort into putting them in my life that I just hang onto them. But people change and things aren't what they used to be.
I just wanted  to you, tell you that I'm happy you've stepped into my life, even for a short while. You've made me realize a lot of things about my self and the people around me.
I'm gonna miss you. So, for both our sakes, this is my goodbye...


Thankyou,

Pembayun N.P.
(with my best Nandya - in behind)

Sabtu, 07 Juni 2014

Sepotong Cupcake, Diantara Hujan

Hujan diawal bulan November masih menaungi langit ini, langit dimana aku berteduh, dan menjadi langitmu juga kan? Ah sial, kenapa harus menyertai hujan dalam tulisan ini? Sudahlah, sudah cukup untuk terlalu mengagumi hujan. Tuhan tidak menyukai fanatisme bukan?

Kurebahkan sebentar tubuh ini, biarlah Michael Buble menyanyikan lagu 'Lost' miliknya. Tanpa terasa mata ini terpejam, satu-satunya hal yang ingin aku hindari, mengijinkan mimpi masuk, dan ternyata benar, Tuhan menggiringku untuk kembali terhempas ke waktu itu, dalam bentuk mimpi...

5 Oktober, Dannis's Bakery

"Maaf, apa cupcake tidak dijual hari ini?"
"Oh sorry nona, cupcake sedang tidak kami produksi hari ini."
"Ah sayang ya.. Apa benar benar tidak ada yang tersisa?"

Gadis pelayan itu hanya bisa menggeleng pelan
"Kami benar-benar minta maaf nona, mungkin nona bisa membeli yang lain?"
"Aku benar-benar butuh cupcake, ibuku sedang ulangtahun dan dia sangat menyukai cupcake buatan toko ini."
"Kami sangat menyesal nona..."Gadis pelayan itu menatapku dengan perasaan tak enak hati, namun tiba tba 
"Oh! Anda mungkin dapat menghubungi nomor ini, dia adalah salah satu koki kami, setahu saya dia sering membuat cupcake untuk dijualnya kembali saat jam kerjanya libur. Coba saja menghubunginya, mungkin dapat membantu :)"
"Benarkah? Ah terimakasih sekali!" Aku hampir saja berteriak kegirangan.
"Sama-sama nona, jangan lupa salamkan selamat ulangtahun dari saya untuk ibu anda :)"
"Tentu."

Jl. Gejayan No 15

Ah ini pasti tempatnya. Kubuka pagar rendah berwarna coklat kusam ini. Pandanganku sekilas terarah pada rimbunnya pohon yang berbuah kecil-kecil berwarna hijau dan merah terletak persis di depan teras. Tenang dan damainya rumah kecil ini. Disaat pandanganku tercuri sesaat, indera penciumanku menangkap bau harum bubuk kayu manis di udara. Ada aura magis yang mengekang kedua kakiku untuk tidak meninggalkan tempatku berada, aroma kayu manis bercampur dengan aroma embun yang berasal dari entah apa nama pohon yang rimbun ini. Sesaat aku terbuai akan segalanya, hingga suara itupun muncul, suara yang melengkakpi semua aura magis ini.

"Siapa kamu?"
"Um, maaf aku diberi tahu kalau di tempat ini dijual cupcake."

Sosok itu mengangguk-angguk mengerti. Dia tinggi tegap, badannya sangat atletis untuk perempuan seperti aku, kulit coklatnya mengkilap basah, sepertinya dia habis bergumal dengan asap. Dan lebih dari  itu semua, di sangat tampan dalam peluh keringat itu.

"Masuklah, aku baru saja memanggang cupcake tapi hanya ada 3 lusin, dengan pilihan 3 rasa, anda mau mengambilnya nona?"
"Ah...Oh astaga! Baiklah oke-oke um aku ambil 1 lusin saja." Sial aku terpana sesaat.

"Ada yang mengganggu pikiran anda nona?". Dia tersenyum jail, entah apa maksutnya.
"Tidak, aku hanya menyukai tempat ini hehe."
"Benarkah? Ibuku yang menata tempat kecil ini. Um, aku ambilkan dulu pesananmu nona."

Tak lama kemudian dia keluar dengan membawa sekotak cupcake. Aku menerimanya dan memberinya sejumlah uang.

"Terimakasih nona." Pemuda itu memberiku senyuman manisnya.

Aku berhenti sasaat memandang tempat ini, mungkin untuk yang terakhir kalinya, atau mungkin untuk yang pertama kali, dan akan lebih sering mengunjungi tempat ini? Haha abaikan saja pikiran yang terakhir. Baru saja aku hendak melangkah membuka pagar, hujan dengan deras mengguyur tubuh kecilku. Aku berteriak kecil, astaga aku menggunakan motor dan tidak membawa jas hujan kenapa harus hujan disaat seperti ini.
Di saat panikku, pemuda itu meraih lenganku. Menarik jaket yang dipakainya untuk menutupiku, sekilas wajah tampannya sangat dekat denganku, dia lalu membawaku duduk di terasnya.

"Sebentar, tunggu di sini."

Aku merutuki diriku, atau lebih tepatnya, aku menyalahkan hujan. Dari kecil aku tidak terlalu menyukai hujan. Hujan membuat semuanya berantakan, basah, dan segalanya. Meskipun banyak yang menepis bahwa hujan sangatlah indah, namun sampai sekarang aku tidak menemukan alasan untuk menyukai hujan.

"Ini handuk, keringkan rambutmu, dan ini makan dan minumlah untuk menghangatkanmu nona. Hujannya sepertinya akan lama reda."
"Oh, terimakasih kamu baik banget." Laki-laki itu hanya tersenyum simpul.

"Hujannya deres banget ya, nyebelin." Seruku pelan untuk membuka obrolan.
"Hujan itu indah tau! Coba deh dinikmati sambil makan cupcake bikinanku pasti lebih enak."
Aku mencomot 1 cupcake yang beraroma kayu manis, dan rasanya...enak banget!:)
"Ini enak banget. Serius!"
"Haha thanks, btw kalau boleh tahu siapa namamu nona?"
"Panggil aja Nesya, lalu siapa namamu?"
"Aku Jathu, Nesya."

Dari itulah kisah ini dimulai, aku Nesya gadis kecil yang tidak menyukai hujan, dan Jathu pemuda tampan pembuat cupcake, sang penyuka hujan....


Dalam Doaku

Dalam doaku...

Aku berdoa mengharap akan mengertinya kau untukku. Pahamnya kau bahwa hadirku di sini ada, bukan fana.
Berdoa agar aku menemukan cara membuat kau mau menyisihkan waktumu untuk memandangku sejenak, meskipun dalam diam.

Sekiranya anggaplah segala amarahku, sebagai peduliku atasmu. Dan diamku sebagai lelahku atas sikapmu. Pedulilah terhadapku, setidaknya pikirkan untuk memperhatikanku, karna dalam sorot matamu, tidaklah aku di dalamnya :)
Lelahmu, penatmu, kesalmu, amarahmu tentang segalanya redamlah semua dan jadikan aku sebagai tempat terlelapmu. Tapi setidaknya berikan juga aku ruang untuk tempatku terlelap di sana.
Temani aku dalam menikmati rindu. Jangan biarkan rindu kita hanya menjadi rinduku. Mengertikah engkau bagaimana sesaknya merasakan itu semua secara sepihak?

Mengertilah aku tidak ingin lebih darimu, jauhmu pun bahkan selalu kutunggu di sini. Tapi pikirkanlah aku dalam ruang sempit pikiranmu. Bawa aku di sana, lelapkan aku di sana, agar selalu ada aku dimanapun kau berada.
Mungkin kau berkilah bahwa kau tidak pernah dapat melihatku di saat kau ingin. Tapi pejamkan matamu sesaat, ada aku di sana, terkubur dalam, tersembunyi diantara ambisi-ambisimu...
Pikirmu juga aku berlebihan, tapi tahukan engkau? Aku ingin kau melihatku seutuhnya, agar tidak ada alasan untukmu mencari kesempatan di lain tempat. Aku ingin agar kau mengerti aku, karna dengan cara itu kamu dapat melihat siapa dan bagaimana aku dalam menyayangimu.
Beri kesempatan untukku meronta, beri kesempatan untukku berperan aktif bukan pasif menunggu dalam hubungan yang didasari atas 'kita' bukan 'kamu' atau 'aku'.

Ceritakanlah kepada oranglain, betapa terganggunya kau dengan semua keluh kesahku ini. Mungkin mereka memberi pendapat mereka, yang menurutmu adalah jawaban atas segala. Tapi sadarkah kau? Mereka tidak akan-benar-benar menemukan jawaban terbaik atas kita, karna mereka tidak pernah mengerti bagaimana aku untukmu, bagaimana aku berkeras mati-matian menahan egoku sendiri demi untuk tidak mengganggu kesenanganmu, demi hubungan kita.
Karna untuk merasakan itu semua, mereka harus menjadi aku.

Maka disinilah aku, masih setia menunggu, sembari memegang erat tiang hubungan kita agar tidak roboh, luluh lantah. Ingatlah aku sebagai sosok yang teramat sangat menyayangimu, sehingga untuk itu kamu mengerti bahwa untuk menyanyangi seseorang sepertimu teramatlah susah. Ingatlah aku diantara mereka yang dekat denganmu, akulah yang mengerti dan menerima dirimu dalam keadaan apapun.
Dan jika nanti, akhirnya aku menyerah atas nama kita. Ingatlah untuk menjaga hati yang baru untukmu, jagalah dia seperti aku menjagamu dengan segala yang ada.

Dan untuk detik ini, aku masih berdoa atas segalanya untuk kita. Di dalam doaku, Tuhan mendengar namamu, karna dalam doaku bersemayamlah engkau di sana.


Terimakasih,

Pembayun N.