Minggu, 22 Juni 2014

Reunited



Semalam aku melihatmu di sana, meski dalam bentuk mimpi, senyummu masih membekas hingga sekarang. Entah ini pertanda, entah ini kebetulan, atau ini rindu, entah.

Sudah berapa lama kiranya kita tidak bertemu? Pikirmu mungkin bertahun-tahun, tapi kau tidak tahu lepas berapa bulan lalu, aku masih mengamatimu dalam diamku. Aku mengunjungi kotamu, kota yang selalu membuatku nyaman berada di sana.

Pagi itu aku duduk di sudut cafe yang memang terkenal dengan sajian minuman kopinya, aku memang butuh  kafein saat itu. Sembari menunggu panggilan pesanan, aku bersama seorang teman. Tak perlu kusebutkan kau pun pasti mengenalnya, dia teman mainmu. Temanku, dia ijin untuk pergi ke toilet. Membiarkanku sendirian, dan saat itu pun aku melihatmu.

Kamu dengan 2 temanmu, masuk ke dalam cafe yang untungnya ramai sehingga kehadiranku tak terlihat olehmu. Sejenak waktu menghentakku ke masa lalu, waktu dimana semua masih atas dasar 'kita'. Tak perlu kujelaskan tentang waktu yang lalu, yang jelas saat aku melihatmu untuk pertama kali setelah sekian lama mengetahui kabarmu pun tidak, rasa aneh pun muncul.

Entah, aku sangat tenang saat itu. Menghindar? Tidak sama sekali. Mata ini menatapmu lekat, hanya untuk melihat bagaimana kamu kini yang sudah tidak denganku. Ah, senyum itu masih sama. Simpul, namun tulus. Segalanya masih sama, hanya saja caraku memandangmu bukan lagi penuh puja seperti dulu.

Apa aku akan dengan sengaja memperlihatkan diriku kepadamu? Ah tentu saja tidak.
Melihatmu kini bukan lagi debar yang kurasa, namun tenang.
Melihatmu, mengamatimu bukan bearti aku tertarik dengan masa lalu, aku hanya mengamati masa laluku.
Mengamati, dan memastikan bahwa masa laluku hidup tenang dan bahagia.

Cukup namamu dan senyum itu menjadi saksi bisu dalam memoriku yang paling dalam. Menunjukkan bahwa hati ini dulu pernah berdebar hanya karna senyum simpul itu. Biarlah segalanya mengendap di dalam rasaku, menjadi kenangan yang kuatur sendiri dalam ribuan daftar isi, dibagi dengan bab membahagiakan dan menyakitkan.

Mungkin mimpi semalam sebagai pertanda untuk membiarkanku kembali membuka memoriku tentangmu. Namun, tak lagi perasaan berbunga yang ada ketika mengingatmu. Aku kini bebas, biarlah senyum simpulku membalas kenangan indah yang segalanya berasal dari senyum simpul indahmu.


Terimakasih,

P. Ningtyas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar