Sabtu, 07 Juni 2014

Sepotong Cupcake, Diantara Hujan

Hujan diawal bulan November masih menaungi langit ini, langit dimana aku berteduh, dan menjadi langitmu juga kan? Ah sial, kenapa harus menyertai hujan dalam tulisan ini? Sudahlah, sudah cukup untuk terlalu mengagumi hujan. Tuhan tidak menyukai fanatisme bukan?

Kurebahkan sebentar tubuh ini, biarlah Michael Buble menyanyikan lagu 'Lost' miliknya. Tanpa terasa mata ini terpejam, satu-satunya hal yang ingin aku hindari, mengijinkan mimpi masuk, dan ternyata benar, Tuhan menggiringku untuk kembali terhempas ke waktu itu, dalam bentuk mimpi...

5 Oktober, Dannis's Bakery

"Maaf, apa cupcake tidak dijual hari ini?"
"Oh sorry nona, cupcake sedang tidak kami produksi hari ini."
"Ah sayang ya.. Apa benar benar tidak ada yang tersisa?"

Gadis pelayan itu hanya bisa menggeleng pelan
"Kami benar-benar minta maaf nona, mungkin nona bisa membeli yang lain?"
"Aku benar-benar butuh cupcake, ibuku sedang ulangtahun dan dia sangat menyukai cupcake buatan toko ini."
"Kami sangat menyesal nona..."Gadis pelayan itu menatapku dengan perasaan tak enak hati, namun tiba tba 
"Oh! Anda mungkin dapat menghubungi nomor ini, dia adalah salah satu koki kami, setahu saya dia sering membuat cupcake untuk dijualnya kembali saat jam kerjanya libur. Coba saja menghubunginya, mungkin dapat membantu :)"
"Benarkah? Ah terimakasih sekali!" Aku hampir saja berteriak kegirangan.
"Sama-sama nona, jangan lupa salamkan selamat ulangtahun dari saya untuk ibu anda :)"
"Tentu."

Jl. Gejayan No 15

Ah ini pasti tempatnya. Kubuka pagar rendah berwarna coklat kusam ini. Pandanganku sekilas terarah pada rimbunnya pohon yang berbuah kecil-kecil berwarna hijau dan merah terletak persis di depan teras. Tenang dan damainya rumah kecil ini. Disaat pandanganku tercuri sesaat, indera penciumanku menangkap bau harum bubuk kayu manis di udara. Ada aura magis yang mengekang kedua kakiku untuk tidak meninggalkan tempatku berada, aroma kayu manis bercampur dengan aroma embun yang berasal dari entah apa nama pohon yang rimbun ini. Sesaat aku terbuai akan segalanya, hingga suara itupun muncul, suara yang melengkakpi semua aura magis ini.

"Siapa kamu?"
"Um, maaf aku diberi tahu kalau di tempat ini dijual cupcake."

Sosok itu mengangguk-angguk mengerti. Dia tinggi tegap, badannya sangat atletis untuk perempuan seperti aku, kulit coklatnya mengkilap basah, sepertinya dia habis bergumal dengan asap. Dan lebih dari  itu semua, di sangat tampan dalam peluh keringat itu.

"Masuklah, aku baru saja memanggang cupcake tapi hanya ada 3 lusin, dengan pilihan 3 rasa, anda mau mengambilnya nona?"
"Ah...Oh astaga! Baiklah oke-oke um aku ambil 1 lusin saja." Sial aku terpana sesaat.

"Ada yang mengganggu pikiran anda nona?". Dia tersenyum jail, entah apa maksutnya.
"Tidak, aku hanya menyukai tempat ini hehe."
"Benarkah? Ibuku yang menata tempat kecil ini. Um, aku ambilkan dulu pesananmu nona."

Tak lama kemudian dia keluar dengan membawa sekotak cupcake. Aku menerimanya dan memberinya sejumlah uang.

"Terimakasih nona." Pemuda itu memberiku senyuman manisnya.

Aku berhenti sasaat memandang tempat ini, mungkin untuk yang terakhir kalinya, atau mungkin untuk yang pertama kali, dan akan lebih sering mengunjungi tempat ini? Haha abaikan saja pikiran yang terakhir. Baru saja aku hendak melangkah membuka pagar, hujan dengan deras mengguyur tubuh kecilku. Aku berteriak kecil, astaga aku menggunakan motor dan tidak membawa jas hujan kenapa harus hujan disaat seperti ini.
Di saat panikku, pemuda itu meraih lenganku. Menarik jaket yang dipakainya untuk menutupiku, sekilas wajah tampannya sangat dekat denganku, dia lalu membawaku duduk di terasnya.

"Sebentar, tunggu di sini."

Aku merutuki diriku, atau lebih tepatnya, aku menyalahkan hujan. Dari kecil aku tidak terlalu menyukai hujan. Hujan membuat semuanya berantakan, basah, dan segalanya. Meskipun banyak yang menepis bahwa hujan sangatlah indah, namun sampai sekarang aku tidak menemukan alasan untuk menyukai hujan.

"Ini handuk, keringkan rambutmu, dan ini makan dan minumlah untuk menghangatkanmu nona. Hujannya sepertinya akan lama reda."
"Oh, terimakasih kamu baik banget." Laki-laki itu hanya tersenyum simpul.

"Hujannya deres banget ya, nyebelin." Seruku pelan untuk membuka obrolan.
"Hujan itu indah tau! Coba deh dinikmati sambil makan cupcake bikinanku pasti lebih enak."
Aku mencomot 1 cupcake yang beraroma kayu manis, dan rasanya...enak banget!:)
"Ini enak banget. Serius!"
"Haha thanks, btw kalau boleh tahu siapa namamu nona?"
"Panggil aja Nesya, lalu siapa namamu?"
"Aku Jathu, Nesya."

Dari itulah kisah ini dimulai, aku Nesya gadis kecil yang tidak menyukai hujan, dan Jathu pemuda tampan pembuat cupcake, sang penyuka hujan....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar